-->
  • Jelajahi

    Copyright © HarianUmmat.com | BERITA ISLAM INDONESIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    KRIMINAL

    Ingin Anaknya Hafal Qur'an 30 Juz di Usia Dini, Tapi Mengabaikan Hak-hak Anak

    HarianUmmat.com
    Selasa, Januari 26, 2021, 11:30 WIB Last Updated 2021-01-26T04:30:55Z
    Ingin Anaknya Hafal Qur'an 30 Juz di Usia Dini, Tapi Mengabaikan Hak-hak Anak


    INGIN ANAKNYA HAFAL QUR’AN 30 JUZ DI USIA DINI, TAPI MENGABAIKAN HAK-HAK ANAK   

    Orang tua mana yang tidak senang jika memiliki anak di usia dini yang telah hafal Qur’an 30 Juz, terlebih lagi anak yang hafal qur’an 30 Juz di usia dini menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua saat ini.

    Maka, tak jarang orang tua melakukan berbagai cara dan usaha agar anaknya bisa menjadi penghafal Qur’an di usia dini. Ada yang di program di rumah dengan ketat agar anak menghafal Qur’an dan ada pula yang dimasukkan ponpes dengan usia yang sangat dini sekali.

    Ada orang tua yang paham bagaimana cara dan langkah-langkah tepat agar anaknya bisa hafal Qur’an 30 Juz di usia dini dan juga tidak mengabaikan hak2 anak. Tapi, banyak pula para orang tua yang ingin anaknya hafal qur’an 30 Juz di usia dini, tapi dengan cara mengabaikan dan mengambil hak-hak anaknya.

    Orang tua yang mengabaikan hak2 anak, bisa jadi dirinya paham dan mengerti akan pentingnya hak2 anaknya, tapi karena tuntutan kehormatan, biar dikatakan punya keluarga yang hebat dan lebih dari pada lainnya. Atau malu anaknya tidak hafal2 Qur’an, sedangkan lainnya sudah pada hafal Qur’an 30 Juz dll. 

    Ada pula orang tua yang abai terhadap hak2 anaknya, karena dirinya tak mengerti dan paham pentingya hak2 anak diberikan. Ironis, bisa menjadi orang tua, tapi tak mengerti hak2 anaknya sendiri, padahal dirinya juga pernah merasakan menjadi anak2. 

    Kemudian anaknya dikondisikan sedemikian rupa dirumah, berbagai aturan dan waktu yang telah dibuat dengan ketat. Tak jarang hukuman pun diberikan agar anak patuh dan menjalankan rutinitasnya menghafal Qur’an. Untuk apa? Supaya punya hafalannya bisa banyak melebihi teman2 seusianya, yang barangkali teman2 seusianya sedang pada main2 doang.

    Dia ingin anaknya, menjadi sosok anak yang berbeda dari anak lainnya. Ya, karena keinginan anak hafal Qur’an 30 Juz adalah keinginan dari orang tuanya, bukan dari kesadaran seorang anak yang ditanamkan orang tua terus menerus pada anaknya. Akhirnya, anak stres dan merasa terbebani dengan menghafal Qur’an dan tidak merasakan kenyamanan saat menghafal Qur’an.

    Jika kondisi seperti diatas terjadi terus menerus, maka suatu saat anak akan memberikan penolakan dengan apa2 yang telah kita programkan dan tak jarang anak justru akan membangkang pada kehendak dan keinginan orang tuannya. 

    Ketika, hal ini terjadi kita seringkali menjadikan anak adalah pihak yang paling salah karena sudah berani pada orang tua. Padahal justru orang tua yang menjadi penyebab anak tidak patuh ......ya, semua itu karena ambisi dan kebodohan orang tuanya yang tak paham akan hak2 anaknya sendiri.    

    Orang tua ingin anaknya bak seperti sosok Imam Syafi’i yang hafal Qur’an 30 juz di usia 7 tahun, tapi orang tuanya sendiri tak hafal Qur’an, bahkan sisilahnya pun tidak nyambung nasab keluarganya. Dia ingin anaknya tampil hebat dan sempurna dengan hafalan Qur’an yang banyak, tapi dirinya sendiri bukan sosok orang tua yang hebat dan hafal Qur’an 30 Juz. 

    Sosok Imam syar’i adalah sosok anak yang tidak saja terpilih, tapi juga punya sisilsilah keluarga yang hebat. Dan harus kita pahami juga, bahwa hak2 anak dimasa itu mampu diberikan dengan baik pada anak2 di massa jaman imam syafi’i, karena memiliki keluarga dan lingkungan yang baik. Dan jangan dibandingkan dengan jaman kita saat ini, banyak hak2 anak yang diabaikan oleh para orang tuanya.

    Kenapa kita tak boleh mengabaikan Hak2 anak kita ? 

    Sebab, hak2 anak adalah bagian dari kebutuhan dasar setiap anak dari dulu hingga saat ini. Kebutuhan dasar yang tidak bisa dikurangi. Kalau kebutuhan dasar anak itu bisa kita buat prosentase, maka nilainya 100%, maka anak akan minta jatah 100% dari orang tuanya. Jika orang tua tak bisa atau tak mampu memberinya 100% , misalnya hanya 50% saja. Maka, hak dasar itu akan di cari kekurangannya, sampai dirinya mendapatkan 50% kekurangannya

    Tinggal pertanyaan, kekurangan itu didapatkannya kapan dan dengan siapa ? Maka, disinilah pentingnya seorang teman dan lingkungan bagi anak2 kita. Jika dirinya punya teman yang baik, maka kekurangan 50% akan terisi dengan hal2 yang baik, begitu pula sebaliknya. 

    Lalu kapan ? Masing2 anak tentu berbeda2 untuk mendapatkan kekurangannya, masa anak2 adalah masa yang paling tepat memenuhi kebutuhan hak dasarnya 100%. Orang tua harus terus belajar dan mengenali tabiat anak2 kita, agar kebutuhan hak2 anak kita bisa kita tunaikan 100% disaat anak kita masih kecil dan masih dalam pantauan kita

    Coba kita banyangkan jika seorang anak tak mendapatkan hak 100% sebagai seorang anak, kemudian seiring dengan perjalanan waktu, dirinya tumbuh dan dewasa,  trus kemudian dirinya menikah. Lalu pada saat dirinya menikah dan punya anak menemukan hak2 yang dulu pernah hilang. Akhirnya, disaat dirinya menjadi suami/istri atau seorang ayah/ibu bagi anak2 nya tak mampu di tunaikan dengan baik. Sosok Suami hilang dimata istri, begitu pula sebaliknya. Sosok ayah/ibu hilang di mata anak2 nya

    Benar,  jika ada yang mengatakan, rusaknya generasi itu diawali dari rusaknya keluarga, orang tua yang mengabaikan hak2 anak,  merupakan pintu awal untuk merusak anak, maka belajar dan mengenali hak2 anak adalah penting dilakukan bagi setiap orang tua, SEBAB HAK ANAK ADALAH MODAL AWAL BAGI ANAK MENJADI ANAK SHOLEH/AH

    Sebagaimana tulisan saya sebelumnya :”TUGAS POKOK MU ADALAH MENDIDIK ANAK SHOLEH/AH, SEDANGKAN ANAK HAFAL QUR’AN ADALAH BONUS MU” 

    Jangan mengejar bonus, sementara kehilangan pokoknya. Jangan sampai anak yang telah mengikuti jalur pendidikan menjadi anak sholeh/ah kita rusak dan kita abaikan begitu saja,  hanya karena tak kunjung hafal2 Qur’an

    Salah satu hak anak yang seringkali kita abaikan, khususnya anak laki2 adalah hak bermain. Bermain bagi anak adalah hak anak yang harus dipenuhi orang tua, sebab bermain nya anak2 kita sejatinya adalah bagian dari proses pendidikan anak kita kedepan

    Jadi, jika hari ini kita punya anak laki2 yang setiap hari bermain2 ..,.ya, itu lah dunia nya. Tinggal kita pantau dengan baik, kapan waktu mandi, makan dan sholat

    Pesan ke anak2 kita,  kalau bermain jangan lupa kalau adzan sholat harus berhenti bermain dan sholat ke masjid. Jadikan sholat berjama’ah ke Masjid, untuk memantau anak2 kita. Kalau saat selesai sholat, tegok kanan kiri, lihat anak2 kita ada dibarisan sholat atau tidak, jika tidak ada, setelah sholat usai cari dia dan tanya kenapa tidak sholat ke masjid dan pastikan besok dia menjalani nasehat kita dengan baik

    Lalu, bagaimana jika mengulangi lagi ? ya, beri nasehat lagi sampai dia mampu melaksanakan rutinitasnya dengan baik

    Wallahu 'alam bishowab

    Partner Sindikasi Konten:  MENDIDIK ANAK BERKARAKTER SEJAK USIA DINI (Diambilkan dari Catatan harian Pola Pendidikan di PONPES TAHFIZHUL QUR'AN "KH khoirotun Hisan" (KH PUTRA) & (KH PUTRI) 
    0823 2474 5151 (WA)

    Diterbitkan: HarianUmmat.com
    Editor: Aisha Syifa

    YUK BANTU SHARE ......
    MASIH ADA KUOTA SANTRI KH (PUTRA) & (PUTRI) Lulusan SD/MI 

    Comment

    Tampilkan

    LATEST NEWS