-->
  • Jelajahi

    Copyright © HarianUmmat.com | BERITA ISLAM INDONESIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    KRIMINAL

    Gagal Mendidik Anak, Menjadi Anak Sholeh dan Sholeha

    HarianUmmat.com
    Sabtu, April 03, 2021, 14:56 WIB Last Updated 2021-04-03T07:56:30Z
    Gagal Mendidik Anak, Menjadi Anak Sholeh dan Sholeha
    Ilustrasi Foto/ net

    Oleh : Nashrullah Jumadi          

    Sebagaimana pada catatan saya sebelumnya bahwa mendidik anak sholeh/ah, sejatinya lebih mudah dari pada mendidik anak pintar/berbakat. Sebab kreteria anak dikatakan sholeh/ah hanya Allah Ta’alla yang merumuskan dan membuatnya. 

    Tidak hanya itu konsep, metodologinya, bahan ajarnya, standart keberhasilan, cara mendidiknya pun Allah Ta’lla telah menyiapkan semuanya. 

    Bahkan tidak cukup sampai di situ, Allah Ta’lla pula memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan kita, agar mampu dijadikan rujukan untuk mendidik anak sholeh/ah. Jika kita mengambil pelajaran bagaimana Nabi Ibrahim Allahissalam mendidik putranya Nabi Ismail Allaihissalam, maka proses pendidikan yang berlangsung saat itu tidak ada fasilitas dan sarana prasarana sebagaimana kita mendidik anak-anak kita saat ini. Tapi, Nabi Ibrahim Allahis salam mampu menghantarkan anak-anaknya menjadi penerus kesholehan ayahnya. 

    Jadi, tidak ada alasan kita sebagai orang tua untuk gagal mendidik anak-anak kita menjadi anak sholeh/ah. Sebab memang tugas pokok kita di dunia, tak lain dan tak bukan untuk mendidik anak-anak titipan Allah Ta’alla menjadi anak sholeh/ah. 

    GAGAL MENDIDIK ANAK, MENJADI ANAK SHOLEH/AH .....Ya, itulah tema catatan saya kali ini. 

    Jika gagal/keberhasilan kita mendidik anak kita menjadi anak sholeh/ah boleh kita buat sistem penilaian, yakni antara nilai 10 – 100. Kemudian yang dibawah nilai 60 di katakan gagal, maka kira-kira kita saat ini ada pada posisi nilai berapa ? 10, 20, 50, 60. 80, 90 atau bahkan 100 ? he ..he. Niscaya kita tak mampu memberi nilai sama sekali, Wallahu A’lam bishowab  

    Lain halnya, jika kita ingin menilai kesuksesan orang tua yang mampu menghantarkan anaknya sukses di dunia. Dulu tidak punya apa-apa, tapi saat anaknya telah mampu membeli apa saja, dari rumah, mobil, tanah di mana-mana, mampu membelikan apa saja yang diinginkan orang tua dll, maka setiap orang akan memberikan penilaian yang bagus dan acungan jempol, bahwa orang tua nya telah sukses mendidik anak mereka. 

    Begitu pula, orang tua yang mampu menghantarkan anak-anaknya memiliki gelar akademik yang hebat, maka tak segan-segan orang memberikan pujian dan predikat sebagai keluarga pintar, karena di didik orang tua yang pintar dan hebat pula, sehingga layak disebut orang tua yang sukses mendidik anak.

    Penilaian ini semua tidak perlu membutuhkan sistem penilaian yang rumit, karena keberhasilan yang telah diukir orang tua adalah keberhasilan yang telah dipahami oleh kebanyakan orang saat ini. Dan keberhasilan yang diidam-idamkan orang tua saat ini, mungkin kita termasuk salah satu nya. 

    Tetapi semua penilaian itu TIDAK BERLAKU BAGI ORANG TUA YANG BERHASIL MENDIDIK ANAK-ANAK NYA MENJADI ANAK-ANAK SHOLEH/AH. Sebab keberhasilan orang tua mendidik anak menjadi sholeh/ah TIDAK MEMBUTUHKAN ADANYA PENGAKUAN SESEORANG ATAU LEMBAGA PENDIDIKAN. Dia telah memiliki tempat nya sendiri. Dinilai atau tidak, itu tidaklah penting. Yang penting Allah Ta’alla ridho dengan yang kita jalani dalam mendidik anak-anak kita saat ini. 

    Maka, jika ada sistem yang menilai gagal/berhasil nya orang tua dalam mendidik anak menjadi anak sholeh/ah, rasanya tidak ada satu pun lembaga pendidikan yang berani memberikan penilaian. Selain tidak ada, juga tidak elok untuk dilakukan proses penilaian. Sebab yang berhak untuk menilai gagal/berhasil hanya Allah Ta’alla, kita hanya bisa mengenali kreteria dan proses pendidikan yang sedang berjalan untuk anak-anak kita saat ini saja. 

    Untuk itu, jika sampai detik ini kita memiliki anak yang tak paham tentang prinsip dasar Islam (Tauhid), tak mampu menjalani amal yaumi dengan baik ( kadang sholat, kadang tidak, bangun kesiangan, tak pernah membaca Qur’an, amal yaumi nya amburadul dll), tidak punya adab dan akhlaq yang terpuji, dan tak memiliki bekal-bekal Al Qur’an.

    Sepertinya kita LAYAK DIKATAKAN ORANG TUA YANG BERPOTENSI GAGAL MENDIDIK ANAK KITA MENJADI ANAK SHOLEH/AH. 

    Ya, saya katakan baru BERPOTENSI GAGAL saja, tidak BENAR-BENAR GAGAL kok, sebab Allah Ta’alla masih memberikan kesempatan pada kita untuk berbenah menjadi orang tua yang BERHASIL MENDIDIK ANAK MENJADI ANAK SHOLEH/AH. Maka, jangan sia-sia kan kesempatan ini dengan baik untuk berproses menjadi lebih baik dari hari kemarin

    KEGAGALAN MENDIDIK ANAK MENJADI ANAK SHOLEH/AH SEHARUSNYA TIDAK PERLU TERJADI, JIKA KITA PAHAM UNTUK APA KITA HIDUP DI DUNIA INI BERSAMA ANAK-ANAK KITA    

    Wallahu 'alam bishowab

    Partner Sindikasi Konten:  MENDIDIK ANAK BERKARAKTER SEJAK USIA DINI (Diambilkan dari Catatan harian Pola Pendidikan di PONPES TAHFIZHUL QUR'AN "KH khoirotun Hisan" (KH PUTRA) & (KH PUTRI) 
    0823 2474 5151 (WA)

    Diterbitkan: HarianUmmat.com
    Editor: Aisha Syifa

    YUK BANTU SHARE ......
    MASIH ADA KUOTA SANTRI KH (PUTRA) & (PUTRI) Lulusan SD/MI - PENDAFTARAN SETIAP SAAT SELAMA KUOTA MASIH ADA 

    PENDAFTARAN SANTRIWATI BERKARYA (LULUSAN SMA/MA - TIDAK MAMPU)
    Comment

    Tampilkan

    LATEST NEWS