Oleh : Nashrullah Jumadi
Menyimak tema tulisan saya diatas mungkin kita bertanya2, kok bisa ? MENDIDIK MENJADI ANAK SHOLEH/AH ITU LEBIH MUDAH DARI PADA MENDIDIK ANAK MENJADI BAIK, SEDANGKAN MENDIDIK ANAK MENJADI BAIK, LEBIH MUDAH DARI PADA MENDIDIK ANAK PINTAR ?
Pertanyaan kenapa ?
Jika kita berbicara tentang mendidik anak yang pintar, kira2 apa tolak ukur anak itu dikatakan pintar ? Apakah dengan nilai2 yang bagus seorang anak dikatakan pintar ? atau dengan apa ? Tentu setiap kita atau bahkan seorang pakar ilmu pendidikan tertentu pun, punya standart masing2 dalam menilai anak itu dikatakan pintar atau tidak.
Bisa jadi, seorang anak pintar dalam bidang tertentu, tapi dalam bidang lainnya dirinya tidak pintar. Sehingga anak dikatakan pintar atau tidak sejatinya tidak ada standart yang pasti.
Jika kita mendidik anak pintar, akan banyak proses pendidikan yang harus dilaluinya, baik kurikulum, metodologi pengajaran, alat ajar, materi pengajaran, evaluasi, belum lagi jenjang kemampuan yang harus dilaluinya dan sebagainya.
Kembali kepada pertanyaan selanjutnya, kenapa lebih sulit mendidik anak pintar ? Sebab TIDAK SETIAP ORANG TUA MAMPU MENDIDIK ANAK MENJADI ANAK PINTAR, mendidik anak pintar seringkali anak mengharuskannya siap belajar dibangku pendidikan dengan jenjang tertentu, disamping itu tidak ada indikator yang pasti dan jelas, seorang anak dikatakan pintar atau tidak.
Bisa jadi hari ini anak dikatakan sebagai anak yang pintar, tapi seiring dengan perkembangan jaman, seorang anak tidak dikatakan pintar lagi, apalagi yang enggan untuk belajar.
Lalu bagaimana dengan mendidik anak yang baik ?
Mendidik anak yang baik tidak mengharuskan orang tua pintar dan kaya, begitu pula tidak mengharuskan seorang anak meniti jenjang sekolah, sebagaimana mendidik anak menjadi anak pintar. Sebab proses pendidikan anak menjadi baik, seringkali sangat erat dengan budaya, tradisi dan kearifan lokal di mana anak tumbuh dan berkembang.
Jika anak tumbuh dilingkungan yang baik, biasanya akan menjadi anak yang baik, bisa jadi di suatu daerah tertentu anak dikatakan baik, tapi tidak di tempat lainya, hanya karena tradisi dan kultur yang berbeda.
Pada intinya, mendidik anak baik juga tak luput dari penilaian yang berbeda2 untuk masing orang dan lingkungan sebab tidak ada standart baku yang dijadikan tolak ukur anak baik atau tidak.
Kemudian, bagaimana dengan mendidik anak yang sholeh ?
Untuk seorang anak, tidak ada anak yang pintar dan tidak ada anak yang bodoh, tapi anak yang punya bakat dan potensi unik masing2.
Jangan membandingkan anak kita dengan anak kita lainnya atau membandingkan anak kita dengan anak orang lain.
Sedangkan ANAK YANG BAIK BELUM TENTU ANAK YANG SHOLEH/AH,
ADAPUN ANAK YANG SHOLEH/AH SUDAH TENTU ANAK YANG BAIK, walaupun tidak pintar. Jika mereka pintar, Alhamdulillah.
Sebab anak dikatakan baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah Ta’alla.
Kenapa bisa begitu ? Jika pada diri anak yang baik tidak tertanam prinsip Islam, Adab dan Akhlaq yang benar dan baik menurut Allah Ta’alla, maka anak yang baik tidak bisa dikatakan anak yang sholeh/ah.
Ambilah contoh :
Ada seorang anak yang sangat berbakti pada kedua orang tuanya, senantiasa ringan membantu orang tetangga dan orang lain, tapi seorang anak ini tidak menjalankan sholat 5 waktu, padahal sholat 5 waktu adalah amalan wajib/pokok yang harus ditunaikan oleh setiap muslim/ah, maka anak ini tidak pantas dikatakan sebagai anak yang sholeh/ah, walaupun dia kaya, pintar, pejabat dan punya segalanya ?
Dirinya hanya pantas dikatakan anak yang baik dihadapan orang tua dan lingkungan saja. Tapi tak masuk standart Allah Ta’alla dalam menilai anak itu sholeh/ah, belum lagi contoh2 lainnya.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, membekali anak2 kita dengan prinsip dasar2 Islam (Rukun Iman dan Rukun Islam) adalah hal yang penting dan mendesak dilakukan para orang tua saat ini sebab itu adalah pondasi paling dasar anak dikatakan sholeh/ah.
Untuk menanamkan prinsip2 Islam pada diri anak, tidak menutut orang tua harus memahami semua dalil dan seluk beluknya, memahami dalil dengan segala hujjahnya adalah tugas ulama atau asatidzah yang ada, sedangkan tugas kita adalah belajar dan menimba ilmu dari mereka, kemudian menjalankan dan menanamkan pada anak2 kita dengan baik, orang tua harus paham, tidak boleh tidak, sebab itu dalam prinsip dasar islam, bahwa setiap muslim/ah tidak boleh meninggalkan sholat, tidak boleh meninggalkan puasa wajib dll, minum2 keras haram, menutup aurat bagi muslimah wajib dll.
MENDIDIK ANAK SHOLEH/AH ITU MUDAH, sebab indikator telah Allah Ta’alla tetapkan dengan mudah, ringkas dan sederhana, tidak sebagaimana indikator mendidik anak menjadi pintar dan baik. Setiap orang tua, siapapun dirinya dan latar belakang apapun pasti mampu mencapai indikator itu.
Indikator ini pun tidak akan berubah-rubah, Bahkan Allah Ta’alla juga telah menyiapkan dasar dan bahan untuk menjadi modal kita mendidik anak menjadi sholeh/ah.
Tapi sayangnya, mayoritas para orang tua saat ini orientasinya pendidikan anaknya lebih pada mendidik anak yang pintar dari pada mendidik anak yang sholeh/ah. Contoh sederhananya yakni ngaji Qur’an dengan Les pelajaran/bakat anak, para orang tua biasanya tidak punya semangat dan gairah anaknya ngaji qur’an, malas mengantarkan anak ngaji, sering lupa bayar infaq ngaji dan lain sebagainya, tapi jika urusan les pelajaran/bakat anak, misalnya sepak bola, musik, bahasa dll orang tua begitu semangatnya mengantar dan mendukung anak agar sukses dan berhasil.
Padahal anak bisa ngaji qur’an adalah salah satu ciri anak sholeh/ah, masa' ada anak sholeh/ah tidak bisa membaca Qur’an ?
MENDIDIK ANAK PINTAR ITU PERLU KITA PERJUANGAN, TAPI JANGAN LUPA DIDIK ANAKMU MENJADI PRIBADI YANG BAIK ........
MENDIDIK ANAK YANG BAIK ITU PENTING, TAPI JANGAN LUPA DIDIK ANAKMU MENJADI ANAK YANG SHOLEH/AH....
SEBAB ITU LAH TUGAS POKOK MU MENJADI ORANG TUA BAGI ANAKMU ......
Wallahu 'alam bishowab
Partner Sindikasi Konten: MENDIDIK ANAK BERKARAKTER SEJAK USIA DINI (Diambilkan dari Catatan harian Pola Pendidikan di PONPES TAHFIZHUL QUR'AN "KH khoirotun Hisan" (KH PUTRA) & (KH PUTRI)
0823 2474 5151 (WA)
Diterbitkan: HarianUmmat.com
Editor: Aisha Syifa
YUK BANTU SHARE ......
MASIH ADA KUOTA SANTRI KH (PUTRA) & (PUTRI) Lulusan SD/MI - PENDAFTARAN SETIAP SAAT SELAMA KUOTA MASIH ADA
PENDAFTARAN SANTRIWATI BERKARYA (LULUSAN SMA/MA - TIDAK MAMPU)