Sepucuk Surat Teruntuk Habibana Yang Terhormat,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan karunia terbaik dan terindahNya bagi kita semua.
Shalawat bagi Baginda Rasullah yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Habibana yang Terhormat, Habib Rizieq Shihab,
Kita tak pernah berjumpa, dan kita pun saat ini sedang berada di tempat yang berbeda. Namun, hati saya terpaut dengan segala kebaikan, kerendahan hati, dan segala perbuatan baikmu bagi negara, bangsa, dan rakyat Indonesia, bukan hanya kaum muslimin dan muslimah tetapi semua. Saya tidak ingin dan tidak mau melupakannya, tidak semua mampu berbuat sepertimu, meski banyak yang menginginkannya dan bahkan mencoba mengakuinya. Tidak sedikit yang merasa lebih pandai, hebat, dan mampu darimu, siapa yang mampu membuktikannya?!
Saya akui, saya bukan pemujamu sebab yang saya puja dan puji hanyalah Allah semata, Allah yang Kita puja bersama. Saya tidak menuliskan surat ini atau memintamu menjadi juru damai karena memujamu, namun karena berkah dan rahmat Allah yang membuktikan kepada saya dan banyak orang atas kemampuan dan perbuatan baikmu. Saya menghormatimu, Habibana, seperti sebagaimana sepatutnya dirimu dihormati. Dan, saya berjuang pun bukan karenamu, ya Habibana, tapi karena Allah semata, seperti yang juga dirimu selalu ingatkan pada kami semua, “Berjuanglah hanya karena Allah!”.
Habibana, ingin saya menangis atas apa yang terjadi tetapi saya tidak mau meneteskan air mata. Saya menyaksikan kebesaran jiwamu sebagai seorang pemimpin yang gagah berani melawan kebathilan, dan dengan tegak berdiri dirimu menghadapi semuanya dengan tabah, ikhlas, dan sabar. Saya tidak mau menangis karenamu, Habibana. Saya harus terus tegar berdiri tegak menjaga kehormatan dan dengan kerendahan hati tetap berjuang karena Allah, seperti yang dirimu sampaikan kepada kami semua.
Habibana, saya yakin semua ini akan segera berakhir. Tidak ada pesta yang tak pernah usai. Kebenaran tetap kebenaran dan tidak akan ada yang mampu mengalahkan kebenaran, sebab kebenaran sejatinya bagi saya adalah Allah. Tidak ada sedikit pun ragu di hati ini, kita akan menang. Langit sudah memberi petunjuk, dirimu berdiri tegak menghadap langit dan menggapai kemenangan. Ini bukan sekedar mimpi, dengan kesadaran penuh ini adalah nyata bagi saya. Doa dan usaha selalu memberikan hasil. Allahu Akbar!!!
Maafkan kelancangan saya menuliskan surat ini. Saya bukan siapa-siapa, saya hanyalah seorang anak yang lahir dari rahim Ibu Pertiwi, yang tidak kuasa untuk tidak menulis surat ini. Hati saya bicara dan memanggil. Hati saya tidak sanggup membaca suratmu untuk kami semua, dan rasanya tidaklah pantas bagi saya, bila tidak membalas cinta dan kasih sayangmu, meski hanya lewat sepucuk surat.
Habibana, ada banyak cinta, sayang, dan doa terbaik untukmu. Semoga Allah merestui dan meridhoi segala niat, dan usaha kita, menerima amal ibadah kita. Mempermudah dan memperlancar jalan kita menggapai kemenangan dan mencapai tujuan. Mengabulkan semua doa-doa kita yang sudah terzalimi. Semoga juga Allah mengampuni semua dosa-dosa Kita, dan mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka, membuka mata hati dan telinga mereka, kembali kepada jalan yang lurus dan benar. Allah Maha Adil, Maha Mengetahui.
Ya Allah, berikanlah keadilan, kesehatan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, kedamaian, dan terutama kehormatan kemuliaan dunia dan akhirat bagi Habibana yang Terhormat, Habib Rizieq Shihab dan keluarga serta seluruh keturunan beliau. Amin.
Doakan kami seluruh rakyat Indonesia yang sedang berjuang, Habibana. Doa kami selalu untukmu. Allah Maha Baik.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, 16 Desember 2020
Salam hormat,
Mariska Lubis
Sumber:
https://penanews.my.id/artikel/2498/sepucuk-surat-teruntuk-habibana-yang-terhormat/
