HARIAN UMMAT | PEMALANG — Bunuh diri adalah kegiatan perbuatan melukai diri dengan maksud mengakhiri kehidupanya sendiri. Dalam dunia modern ini sering diberitakan kejadian bunuh diri dengan berbagai motif, mulai dari faktor ekonomi, percintaan hingga depresi.
Sejak beberapa Minggu terakhir ini, khususnya di wilayah Kabupaten Pemalang bagian selatan terkonfirmasi ada beberapa kasus bunuh diri yang menyebabkan nyawa melayang.
Diawali dari peristiwa gantung diri seorang laki-laki di belakang Hotel wilayah kecamatan Moga, kemudian menyusul peristiwa serupa di kecamatan Belik dengan korban pria muda, terulang lagi seorang perempuan ditemukan gantung diri di Desa Banyumudal, Kecamatan moga.
Tak lama kemudian terjadi di Desa Pegirigan, Kecamatan Bantarbolang di gemparkan dengan penemuan jasad pria tergantung di gubuk galian pasir, dan hari ini, Selasa (7/2) terjadi lagi kasus bunuh diri yang menimpa warga dukuh Cileleng RT. 01 RW. 06 Desa Mendelem, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.
"Rentetan peristiwa kasus bunuh diri yang sering terjadi di Pemalang ini tentu tidak saja membuat kita merasa miris dan prehatin. Perlu renungan, kajian dan analisa mendalam, sebab ini tidak semata-mata soal depresi dan keputus-asaan. Dalam durasi yang begitu pendek mereka kompak bunuh diri, menurut saya itu bukan suatu kebetulan. Ada sesuatu yang hilang dan luput perhatian karena semua sibuk mengejar dunia," ungkap Ustadz Sodik Maulana, hari ini menanggapi makin maraknya kasus bunuh diri di Pemalang.
Pendiri pondok pesantren Darul Ulum ini mengurai, ada pesan dibalik maraknya kasus bunuh diri di Pemalang untuk para pemimpin di wilayah ini.
"Perlu ditambah lagi ilmu asupan agama, baik moral, budi pekerti dan kajian agama. Tradisi ikut dalam guyub dan pengajian mingguan misalnya, perlu digiatkan lagi, agar warga tidak kering dalam aqidah, selalu disirami dengan kultum, insha Allah segala bentuk depresi akan hilang," ujarnya.
Menurutnya, ritme asupan keagamaan itu perlu dicontohkan oleh para pemimpinnya. Buat pengajian mingguan masing-masing instansi misalnya, dan kemudian nanti di ikuti oleh tingkat kecamatan atau desa, tentu akan lebih baik lagi.
Ustadz Sodik menambahkan, dengan mengaktifkan token asupan keagamaan kepada warga akan ada keseimbangan kebutuhan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Insha Allah akan membawa kebajikan bagi semua.
"Bunuh diri sering kali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya sering kali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, ketergantungan alkohol, atau penyalahgunaan obat," imbuhnya.
Faktor-faktor penyebab stres antara lain kesulitan keuangan atau masalah dalam hubungan intrapersonal sering kali ikut berperan. Namun jika asupan ilmu keagamaannya kuat, insha Allah terhindar dari dorongan upaya untuk bunuh diri.
"Dalam Islam bunuh diri dilarang keras dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala masalah dapat selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak," pungkasnya. (Himawan)