Lampung Selatan – HarianUmmat.com
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali menundukkan kepala sejenak—merenungi jejak langkah para pemuda yang hampir seabad lalu menggetarkan bumi Nusantara dengan satu ikrar: Sumpah Pemuda.
Dalam momentum yang sakral ini, Hendry Gunawan, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Lampung Selatan, menyampaikan pesan penuh semangat, harapan, dan refleksi bagi generasi muda di seluruh Indonesia, khususnya di tanah Lampung Selatan.
Dengan suara lantang dan mata yang menatap jauh ke masa depan, Hendry menyampaikan bahwa pemuda hari ini adalah penerus nyala api perjuangan, bukan sekadar penikmat hasil kemerdekaan.
“Sumpah Pemuda adalah peringatan agar kita tidak pernah kehilangan arah. Pemuda Indonesia harus berdiri tegak, menolak tunduk pada keadaan, dan berani menulis ulang takdir bangsa dengan semangat baru,” ujarnya dengan nada menggugah.
Menurut Hendry, tantangan generasi muda masa kini jauh lebih kompleks dibandingkan para pendahulu. Dunia kini bergerak cepat, dikuasai oleh teknologi, informasi, dan kepentingan yang sering kali menjauhkan manusia dari nilai-nilai luhur bangsa. Namun, di tengah arus perubahan itulah, jiwa muda Indonesia harus tetap kokoh berdiri dengan moral, iman, dan karakter kebangsaan.
“Teknologi boleh mengubah cara kita hidup, tapi jangan sampai mengubah jati diri kita. Pemuda sejati bukan diukur dari banyaknya pengikut di dunia maya, tapi dari seberapa besar pengaruhnya bagi kemajuan masyarakat,” lanjut Hendry dengan nada teduh namun berwibawa.
Dua Pesan untuk Anak Bangsa dan Negeri Tercinta
Sebagai wujud cinta dan tanggung jawab terhadap generasi penerus, Hendry Gunawan menitipkan dua pesan mendalam bagi anak bangsa dan negeri Indonesia:
-
Untuk Anak Bangsa:
“Jangan biarkan masa mudamu berlalu tanpa makna. Belajarlah tidak hanya dari buku, tapi juga dari kehidupan. Gagal itu biasa, menyerah itu dosa. Jadilah generasi yang berani, yang mengubah rintangan menjadi peluang dan kesulitan menjadi kekuatan.” -
Untuk Negeri Indonesia:
“Ibu Pertiwi menunggu baktimu, bukan keluh kesahmu. Buktikan cintamu dengan karya, bukan hanya kata. Karena bangsa besar bukan dibangun oleh tangan-tangan pengeluh, tetapi oleh mereka yang berani berkorban tanpa pamrih.”
Menyalakan Api Perubahan dari Lampung Selatan
Sebagai Ketua Fraksi yang dikenal dekat dengan rakyat dan peduli terhadap generasi muda, Hendry Gunawan mengajak seluruh pemuda Lampung Selatan untuk menjadikan Hari Sumpah Pemuda sebagai titik kebangkitan dan momentum perubahan diri.
“Setiap pemuda dilahirkan dengan potensi besar. Namun potensi tanpa aksi hanyalah mimpi. Jangan menunggu takdir berubah—ubahlah takdirmu dengan keberanian, kerja keras, dan doa. Dari Lampung Selatan, kita mulai menyalakan obor perubahan untuk Indonesia,” serunya penuh semangat.
Hendry juga menegaskan bahwa bangsa yang besar bukanlah bangsa yang paling kaya, tetapi bangsa yang memiliki generasi muda dengan karakter kuat, jiwa merdeka, dan hati yang tulus berjuang.
“Jangan biarkan semangat 1928 hanya menjadi sejarah yang dibacakan di upacara. Hidupkan kembali semangat itu dalam setiap tindakanmu—dalam belajar, bekerja, berkarya, dan berbakti,” katanya dengan nada yang menggetarkan.
Menatap Masa Depan dengan Iman dan Cinta Tanah Air
Dalam akhir pesannya, Hendry Gunawan mengajak para pemuda untuk menatap masa depan dengan keyakinan bahwa perubahan besar selalu lahir dari hati yang bersih dan semangat yang ikhlas.
“Pemuda harus jadi cahaya di tengah kelamnya zaman. Saat banyak yang apatis, jadilah inspirasi. Saat banyak yang menyerah, jadilah pengobar semangat. Karena bangsa ini tidak akan tumbuh tanpa keberanian anak mudanya untuk bermimpi dan berbuat,” tutup Hendry dengan suara bergetar.
Ia mengingatkan bahwa semangat Sumpah Pemuda bukan hanya milik masa lalu, melainkan napas perjuangan yang harus terus hidup di dada setiap anak negeri.
Dari bumi Lampung Selatan, Hendry Gunawan menyerukan satu pesan yang menggema di setiap hati:
“Bangkitlah pemuda Indonesia. Ubah takdirmu, ubah nasib bangsamu. Jadilah generasi yang menyalakan harapan, bukan yang memadamkannya.”
Editor : Arif Ashifudin


